I. PENDAHULUAN
Segala puji
hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya
kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada suriteladan kita, Baginda Rasulullah SAW, yang telah mengubah peradaban
jahiliyah menjadi peradaban Islamiyah seperti sekarang ini. Serta keluarga dan
para sahabatnya yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya dan semoga kita pun
termasuk didalam barisannya. Aamiin.
Sejarah
pergerakan ekonomi Islam di Indonesia sebenarnya telah berlangsung sejak tahun
1911, yaitu sejak berdirinya organisasi Syarikat Dagang Islam yang dibidani
oleh para entrepreneur dan para tokoh Muslim saat itu. Walaupun saya yakini
bahwa peran dan kiprah para wali di tanah jawa yang lebih dikena dengan nama
“wali songo” dalam dunia penyebaran agama sekaligus mengenalkan perdagangan
secara hukum syariah cukup besar.
Dalam
Diskusi Ekonomi Syariah Kontemporer (DESK) dengan tema "Industri Keuangan
Syariah Menyambut Keuangan Inklusif", Oleh salah satu narasumber Pak Ali
Sakti, SE., M.Ec menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi syariah yang marak dewasa ini merupakan cerminan dan
kerinduan ummat Islam Indonesia untuk kembali menghidupkan semangat untuk
menjalankan muamalahnya sesuai dengan para saudagar muslim seperti masa silam
khususnya dalam hal transaksi jual beli,
sebagaimana juga menjadi ajaran Nabi Muhammad Saw dan sunnah yang
diteladankannya kepada umatnya.
Dalam masa
yang panjang peran umat Islam dalam
dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia cendrung termarginalkan sejak ekonomi
kapital tumbuh subur di Indonesia yang pemikiranya banyak diperkenalkan oleh
sarjana-sarjana pribumi yang menuntut ilmu ke negeri barat yang disana
doktrin-doktrin paham paham kapitalis sangat kental.
Perkembangan
ekonomi Islam di Indonesia mulai mendapatkan momentumnya untuk tumbuh kembali,
semenjak didirikannya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, setelah mendapat
legalitas formal dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Berbarengan dengan itu, tumbuh pula 78 BPR Syariah. Pada tahun 1996
berkembang pula lembaga keuangan mikro syariah BMT. Namun Lembaga Perguruan
Tinggi yang mengajarkan ekonomi syariah masih sangat langka. Tercatat di tahun 90an munculah STEI SEBI di Ciputat dan STEI Tazkia di
Bogor yang menjadi pionir perguruan tinggi yang berkontribusi dalam membentuk
sumber daya insani di bidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah.
Setelah
terjadi krisis 1998, hampir seluruh bank konvensional dilikuidasi karena
mengalami negative spread, kecuali bank yang mendapat rekap dari pemerintah
melalui BLBI dalam jumlah besar mencapai Rp 650 triliun. Bank-bank konvensional
itu bisa diselamatkan dengan mengorbankan kepentingan rakyat banyak. (Agustianto, 2011)
Krisis
tersebut membawa hikmah bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Pemerintah dan DPR mengeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan terhadap Undang-Undang No 7/1992. Pasca UU tersebut sejumlah bank
konvensional membuka unit usaha syariah. Perkembangan itu selanjutnya diikuti
oleh lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya, seperti asuransi syariah, pasar
modal syariah, reksadana syariah, sukuk, pegadaian syariah dan yang sebelumnya
telah berkembang lembaga keuangan mikro syariah seperti Koperasi syariah dan
BMT.
Dari
perkembangan lembaga perbankan dan keuangan syariah tersebut perlu dicatat: (Agustianto,
2011)
1) Pertama,
Bank syari’ah telah menunjukkan ketangguhannya dalam masa krisis moneter.
Ketika bank-bank konvensional mengalami likuidasi, bank syariah dapat bertahan,
karena sistemnya bagi hasil, sehingga tidak wajib membayar bunga pada jumlah
tertentu kepada nasabah sebagaimana pada bank konvensional.
2) Kedua,
Pemerintah telah mengorbankan kepentingan rakyat untuk membantu bank-bank
raksasa agar bisa bertahan dengan BLBI yang disusul dengan pembayaran bunga obligasi dan SBI dalam
jumlah ratusan triliunan rupiah. Secara
ekonomi kenegaraan, bank-bank konvensional ribawi sesungguhnya adalah parasit
bagi perekonomian negara, karena bank riba tersebut telah menguras dana APBN
setiap tahun dalam jumlah yang sangat besar.
3) Ketiga,
Perlu masyarakat diketahui bahwa Bank Syariah sepeserpun tidak dibantu
pemerintah, sementara bank konvensional telah menguras kocek keuangan negara
mencapai Rp 650 triliunan.
4) Keempat,
Kredit bermasalah atau NPL bank-bank
konvensional sangat tinggi, di atas 20 %. Bahkan NPL bank terbesar mencapai 24
%. Jauh dari ketentuan Bank Indonesia yakni 5%, Sementara NPL bank syariah
sangat kecil, sekitar 2 % an. Ini menunjukkan keunggulan bank syariah.
5) Kelima, FDR
bank syariah senantiasa tinggi. Dalam masa yang panjang bertengger di atas 100
%. Ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga bersifat produktif/diinvestasikan
kepada usaha masyarakat. Sementara bank konvensional cukup lama bertengger di
angka 30-40 %. Walaupun kini LDRnya di atas 50% namun secara riil, fungsi
intermediasinya masih sangat rendah. Hal
ini sekaligus menjadi beban negara, karena penempatan dananya di SBI
meniscayakan bunga bagi pemerintah. Membayar bunga SBI tetap menjadi beban
rakyat Indonesia yang mayoritas miskin.
Berdasarkan
kinerja bank-bank syariah dan lembaga keuangan syariah yang sangat bagus,
sementara lembaga-lembaga perbankan konvensional telah mendatangkan mafsadat
dan mudarat dengan sistem riba, maka sudah menjadi keniscayaan bagi bangsa
Indonesia untuk menjadikan Ekonomi Islam atau lebih dikenal Ekonomi Syariah
sebagai solusi ekonomi Indonesia untuk keluar dari krisis dan lebih resisten
dalam menghadapi gejolak krisis.
Sistem
ekonomi ribawi bersama perangkat-perangkatnya berupa maysir, gharar dan batil, telah terbukti
membawa penderitaan yang memilukan bagi bangsa Indonesia. Sehubungan dengan itu
upaya pembumian ekonomi syariah menjadi sebuah keniscayaan yang harus dan
segera dilakukan.
II. GAMBARAN KEGIATAN
Dalam
liburan semester ganjil yang kurang lebih 3 (tiga) pekan lamanya, yang
sebenarnya lebih banyak waktu yang tidak teroptimalkan dari pada momentum yang
termanfaatkan. Itupun tersadari oleh penulis sendiri. Yang karena mungkin
terlalu terbawa suasana “liburan” sehingga lebih mengoptimalkan
kegiatan-kegiatan yang berbau rihlah/refresing dan bersantai, dari pada kegiatan
yang lebih edukasi, eksperimen, dan maslahah.
Sesuai
dengan judul artikel saya yaitu “Mensosialisasikan Ekonomi Syariah di
Nusantara”, adapun beberapa kegiatan liburan yang bertujuan untuk
mensosialisasikan Ekonomi Syariah di Indonesia tersebut yaitu diantaranya:
1) Membudayakan diri One Day one Juz.
Pada proses
perjalananya di ODOJ ini, dan mungkin sama dengan awal mula tujuan kita semua
yang tergabung dalam grup ini. Bahwa saya hanya ingin mengkoridorkan hidup saya
dengan menjadi orang yang terus berbenah dan belajar, belajar untuk bisa
istikomah dan ikhlas dalam serangkaian ibadah saya, belajar membiasakan sesuatu
yang punya nilai manfaat dan pahala, dan belajar menjadi pribadi yang bisa
mangajak dan membagikan manfaat bagi orang lain. Dan alhamdulillah kesemuanya
ada di wadah ODOJ ini.
Semoga sedikit
dari banyak waktu yang masih Allah beri kesempatan untuk kita dapat di hibahkan
untuk serangkaian kegiatan ini, berharap kedepanya punya pahala yang baik
disisinya. Ingin pila rasanya bermimpi bahwa program ODOJ ini akan mengglobal
dan membudaya di seluruh negri, dan tidak hanya tren sesaat.
2) EXPO
University di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta.
Islamic
Boarding and Full Day School ini beralamat di Jalan Rejowinangun No.28 E,
Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55171, Indonesia. Acara
yang berlangsung hari Senin 21 Januari 2015 dari pukui 09.00-12.00WIB ini
dipadati SMA dan SMK di Yogyakarta, lebih dari 20 universitas ikut
berparisipasi dalam acara ini.
Acara yang
dipadati oleh siswa/siswi kelas 12 yang antusias untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi ini cukup merepotkan saya dan tiga teman saya dengan
pertanyaan-pertanyaan yang umumnya terkait kampus STEI SEBI, beasiswa, dan
dunia perkuliahan.
3) Sosialisasi
STEI SEBI dan Tes Beasiswa S1 Ekonomi Syariah di Kab. Kebumen.
Kebumen
adalah sebuah Kab. di Provinsi Jawa Tengah, Dari luas wilayah Kab. Kebumen,
tercatat 49.768,00 hektare atau sekitar 31,04% sebagai lahan sawah dan
108,343.50 hektare atau 68.96% sebagai lahan kering., berbatasan langsung
dengan Samudra Hindia di sebelah selatan, dan bupatinya saat ini H. Buyar
Winarso, SE.
Agenda yang
berlangsung selama dua hari, yaitu 06-07 Februari 2015, ada 3 fokus sekolah
yang saya dan teman-teman forum daerah Kab. Purworejo (5 orang) sosialisasikan
di kesempatan liburan kali ini, yaitu SMAN 1 Kebumen, SMAN 2 Kebumen, dan SMKN
1 Kebumen. Dari tahun-tahun sebelumnya kami belum pernah sama sekali menyentuh
Kab. kebumen sebagai target sosialisasi, dan salah satu kendala terbesar yaitu
karena belum ada mahasiswa STEI SEBI yang tinggal di sana, sehingga menyulitkan
bagi kami untuk mencari akses ke sekolah-sekolah di Kab. Kebumen.
Di
kesempatan kali ini melalui bantuan beberapa pihak salah stunya Forum Rohis
kami dapat menjangkau Kab. Kebumen. Dan alhamdulillah, kegiatan Sosialisasi
STEI SEBI dan Tes Beasiswa ke Kab. Kebumen berjalan dengan lancar, berkat
dukungan dari beberapa pihak dan juga antusiasme peserta yaitu kelas XII SMA
dan sederajat.
4) Seminar
Motivasi Tema “Kuliah, Siapa Takut?” di Kab. Wonogiri, (dan Sosialisasi STEI
SEBI dan Tes Beasiswa S1 Ekonomi Syariah)
Wonogiri
adalah Kab. di Jawa Tengah. Secara geografis Wonogiri berlokasi di bagian
tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kab. Karanganyar
dan Kab. Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir pantai Selatan, bagian
barat berbatasan dengan Gunung Kidul di Provinsi Yogyakarta, Bagian timur
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kab. Ponorogo, Kab.
Magetan dan Kab. Pacitan. Luas Kab. ini 1.822,37 km² dengan populasi 1,5 juta
jiwa, dan Bupatinya saat ini H. Danar Rahmanto.
Sebenarnya
hampir sama seperti kegiatan di Kab. Kebumen, yaitu sosialisasi STEI SEBI dan
Tes Beasiswa, tetapi kali ini saya dan teman-teman forum daerah Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta (11 orang) ke lebih banyak sekolah dan berkat dukungan pihak
terkait kami pun mengadakan Seminar Motivasi dengan Tema “Kuliah, Siapa Takut?”
yang mendapat antusias dari para peserta.
Seminar
motivasi yang berlangsung pada hari Kamis 12 Februari 2015 berlangsung di Aula
Masjid Agung At-Taqwa Wonogiri. Sebagai pembicara yaitu Dr. H. Gunawan Setya
Adi, Lc., MA yang sekaligus sebagai Dewan Konsultan Ekonomi Islam Daerah
Wonogiri. Atas dukungan berbagai pihak dan para donatur acara ini berlangsung
meriah dan penuh antusias dari para peserta yang cukup beragam, ada yang dari
SD, SMP, SMA, dan Guru-guru dari sekolah di Kab. Wonogiri.
5) “Talkshow
Inspirasi Muda Mudi Purworejo”
Yaitu acara
Talkshow yang disiarkan langsung oleh Radio Binamas 96.0 FM Purworejo hari
Sabtu 14 Februari 2015 pukul 10.00-11.30 WIB.
Binamas FM adalah satu-satunya saluran Radio yang murni Islami, ini
dapat dilihat dari acara siaranya yang bermanfaat dan mendidik, lagu-lagu yang
diputar juga yang islami dan tidak mengundag syahwat, dan iklan-iklan yang
boleh masuk yang halal. Kantor yang beralamatkan di Jln. Kemiri-Pituruh 0,5Km.
Kerep, Kec. Kemiri, Kab. Purworejo, Jawa Tengah ini pemilik saham terbesarnya
yaitu BMT Binamas yang juga beralamat kantor pusat di Kab. Purworejo.
Acara ini
bertujuan untuk motifasi khususnya para remaja untuk terus bermimpi, terus
berkarya, dan terus mengoptimalkan masa produktifnya. Dimoderatori oleh Zahra
Aulia dan saya sendiri sebagai narasumber berlangsung penuh antusias dari para
pendengar, itu dilihat dari beberapa respon positif dan pertanyaan-pertanyaan
dari para pendengar.
III. KESIMPULAN
Dalam
pembumian ekonomi syariah perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1) Pertama,
Peranan pemerintah menjadi penting, tidak saja dari segi regulasi dan legal
formal, tetapi juga keberpihakan yang riil kepada lembaga perbankan dan
keuangan syari’ah dalam kebijakan ekonomi dan pembangunan, seperti suntikan
modal, pembiayaan proyek pembangunan, pendirian Asuransi Syariah dan Bank BUMN
Syariah, dsb.
2) Kedua,
Harus diakui bahwa, pembumian ekonomi syariah, tidak hanya bisa bergantung pada
lembaga keuangan syariah itu sendiri, tidak juga hanya bergantung pada peran
pakar seperti IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam), tetapi semua steakholder harus
bekerjasama dan bersinergi secara solid, sistimatis dan terencana baik
pemerintah (Depkeu, BI, Departemen terkait), ulama, parlemen (DPR/DPRD), perguruan tinggi,
pengusaha (hartawan muslim), ormas Islam dan masyarakat Islam pada umumnya.
Mereka harus bersinergi melakukan
berbagai upaya terobosan untuk mempercepat
perkembangan ekonomiah.
3) Ketiga,
Sosialisasi dan edukasi masyarakat tentang ekonomi syariah harus terus-menerus
dilakukan, karena tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang ekonomi
syariah masih sangat rendah. Di sinilah peran strategis mahasiswa sebagai salah
satu lapisan masyarakat yang dekat dan bisa menyentuh langsung berbagai lapisan
masyarakat baik itu lapisan kelas atas, pihak berwenang maupun masyarakat
bawah.
Di akhir
tulisan ini marilah kita berdo’a kepada Allah swt semoga dari tahun ke tahun
Ekonomi Syariah yang dampak positifnya semakin terasa dapat menggurita dan
membumi, dan dapat menggantikan sistem perekonomian di Indonesia, sehingga
Indonesia menjadi negara yang sejahtera makmur dan penuh keadilan dalam koridor
syariah baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur.
VI. REVERENSI
Agustianto,
(2011) “Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia”,
http://www.agustiantocentre.com/
0 komentar:
Posting Komentar