Tema
: Autobiografi / otobiografi.
Oleh
: Adi Angga Sukmana, Mahasiswa STEI SEBI Depok.
Bismillahirrohmanirrohim, Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarokaatuh.
Nama saya
Adi Angga Sukmana, nama panggilan saya Adi, ada juga teman saya memanggil
dengan nama Angga, silahkan pilih sesuka hati. Ayah saya bernama Suroto (59)
dan ibu saya bernama Sumiati Zaitul Diani (59). Saya anak kedua dari dua
bersaudara, kakak saya perempuan bernama
Wahyu Desiyanti (32) dan saat ini beliau sudah menikah dan mempunyai anak satu
laki-laki (4). Saya lahir di Kab Purworejo dan saat ini berdomisili di Kota
Depok, tepatnya di jalan Raya Bojongsari, Rt.01/Rw.01 Pondok Rangga, Kel.
Curug, Kec. Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat.
Masa kecil
saya banyak dihabiskan di Kab. Purworejo, lebih tepatnya di jalan
Kutoarjo-Ketawang, Rt.03/Rw.03, Desa Aglik, Kec. Grabag, Kab. Purworejo, Jawa
Tengah. Mungkin Purworejo bukanlah sebuah kabupaten yang terkenal seperti
kabupaten-kabupeten yang mengelilinginya, seperti Magelang, Kebumen, dan Prov.
Yogyakarta. Tetapi tidak bisa diremehken juga karena Kab. Puworejo walaupun
tidak seterkenal kabupaten yang mengelilinginya tapi memiliki hasil-hasil
pertanian dan perikanan yang cukup untuk didistribusikan tidak hanya untuk
daerah sendiri dan sekelilingnya tetapi juga untuk diekspor ke luar negeri,
hasil tambak seperti udang sering banyak permintaan bahkan sampai diekspor ke
luar negeri, juga Kab. Purworejo termasuk penghasil seperti buah kelapa, melon,
dan pepaya.
Sempat saat
usia saya menginjak tiga tahun tinggal diperumahan di kabupaten yang sama
selama ± 1tahun, dengan alasan perumahan yang saya tempati lebih dekat dengan
tempat ibu saya bekerja. Setelah itu, dengan alasan ingin hidup di desa yang lebih nyaman dan dekat
dengan tempat tinggal kakek dan nenek dari ibu, akhirnya saya dan keluarga
kembali ke rumah asal. Bapak saya saat ini setelah keluar dari pekerjaannya
sebagai karyawan di PT. KAI Poncol Semarang, dan sejak pertengahan tahun 2013
bapak bekerja di Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia
(LPPNRI). Sedangkan pekerjaan ibu saya adalah Guru TK di TK Seruni 1.
Tahun 1998,
saya mulai memasuki bangku sekolah dasar, setelah terlebih dahulu bersekolah di
Taman Kanak Teratai Putih Aglik selama satu tahun. Saat itu saya bersekolah di
SDN Aglik 1, dari kecil sampai selama jenjang sekolah dasar memang waktu banyak
saya habiskan di desa sendiri bahkan TK dan SD pun saya didesa yang saya
tempati. Banyak pengalaman berharga dan teman baik yang saya dapatkan di waktu
SD selain karena belum terpengaruh westernisasi dan modernisasi karena terletak
agak jauh dari perkotaan, juga memang budaya didesa ku orangnya ramah-ramah,
dan sangat tabu sekali bila ada warga yang bertengkar.
Setelah
lulus SD tahun 2008 saya melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di
SMP Darul Himah Islamic Boarding School Kutoarjo di Kab. Purworejo, karena
berbentuk pondok pesantren jadi semua santrinya tinggal diasrama, dan ini
adalah pondok khusus laki-laki jadi tidak ada santriwatinya. Saat awal saya
masuk pondok pesantren memang merasa lelah dan berat karena belum terbiasa
hidup jauh dari orang tua. Tetapi seiring berjalannya waktu dan terus mengikuti
proses belajar mengajar di pondok tersebut saya merasa bersyukur dan bangga
bisa sekolah disana karena saat dipondok tersebut, selain karna SMP Darul
Hikmah adalah SMP swasta terbaik di Kab. Purworejo juga saya merasa menemukan
jatidiri saya yang sebenarnya diantaranya kesadaran saya bahwa Allah Ta’ala
dengan sengaja menciptakan kita didunia tidak lain adalah hanya untuk kita beribadah
kepada-Nya, yang mungkin dari kecil sampai sebelum masuk pondok saya belum
merasa setakut ini terhadap Kuasa-Nya pada waktu itu.
Rasa syukur
saya juga terbangun karna sebab saya tahu diluar sana masih banyak anak-anak
yang bahkan merasakan bangku sekolah dasarpun tidak, apalagi melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi seperti saya. Tahun 2008 saya lulus dari SMP
tersebut dan melanjutkan sekolah lagi di SMA Darul Hikmah. Iya disinilah saya
melanjutkan sekolah, di SMA yang satu yayasan dengan SMP yang menjadi tempat
saya menuntut ilmu, SMP-SMA Darul Hikmah adalah pondok pesantren modern dalam
satu payung yayasan, yaitu Yayasan Bustanil Arifin.
Pada waktu
SMA saya mulai membangun cita-cita, mimpi dan harapan saya kedepan. Cita-cita
berawal dari mimpi ketika saya duduk dibangku kelas X, saya mendapat sebuah
pertanyaan yang sebenarnya sering saya dengar dan sering pula saya jawab, namun
tak pernah memikirkannya lebih jauh lagi. Pertanyaannya sederhana, tetapi tetap
saja membuat saya berpikir 1000 kali lagi untuk menjawabnya, pertanyaan itu
adalah, “Cita-cita kamu mau jadi apa?”
Saya ingat,
pertanyaan tadi sebenarnya sudah terlontar berkali-kali oleh guru, keluarga,
bahkan orang yang mungkin baru kita kenal, sejak saya masih kanak-kanak dan
saat itu pula saya sudah bisa menjawabnya. Dulu, saya menjawabnya asal. Hari
ini saya jawab ingin menjadi dokter, besok saya jawab ingin menjadi guru,
esoknya lagi saya menjawab menjadi manager perusahaan, esoknya lagi saya jawab
ingin menjadi arsitektur, begitulah seterusnya. Bedanya dengan sekarang, saya
menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah keyakinan atas dasar pemikiran
realistis saya sendiri, walaupun pada waktu itu juga masih sering ingin ini
ingin itu.
Banyak
pengalaman berharga yang saya dapatkan waktu SMA, saya termasuk orang yang suka
dan aktif berorganisasi, pengalaman organisasi sebenarnya sudah saya rasakan
sejak bangku SMP, waktu itu saya aktif di OSIS. Dan makin terasah di bangku
SMA. Dulu saya orangnya paling pendiam dan susah sekali bergaul, dan paling takut
berbicara didepan umum, saat bicara didepan umum kaki terasa bergetar dan lidah
terasa kaku, bahkan untuk melihat ke audiens saja mata terasa berat. Selain
aktif di OSIS saya juga aktif di kegiatan Pramuka, bahkan saat ini saya sudah
memiliki lisensi sebagai pembina pramuka seteleh mengikuti Kursus Mahir Dasar
(KMD) Pramuka.
Tapi
bersyukur saat sekolah di Darul Hikmah saya sedikit demi sedikit sudah mulai
sembuh dari demam panggung, walaupun masih kurang lancar dalam merangkai kata.
Selain karena ada ekskul wajib yaitu muhadhoroh (pidato) tiap minggunya yang
mengharuskan santri-santrinya berpidato didepan teman-temannya yang terbagi
dalam beberapa klompok, juga saya terbiasa berdiskusi, berargumen, dan
berpendapat saat berkecimpung di organisasi. Selain pengalaman public speking
yang saya dapatkan, juga kita belajar berbahasa arab saat SMP dan bahasa
inggris, bahkan diwajibkan buat semua santri untuk memakai dua bahasa tersebut
saat melakukan aktifitas keseharian ataupun sekedar ngobrol dengan temannya.
Dan tibalah
saat-saat acara perpisahan skolah setelah enam tahun menuntut ilmu di pondok
pesantren dengan penuh haru, kami semua menangis bukan karena tidak mau
menerima kenyataan, dan bukan karna tidak trima dengan keadaan yang
mengharuskan kami harus berpisah dan berjuang di jalan masing-masing dan
menentukan jalan sendiri setelah berjuang bersama-sama selama enam tahun. Tapi
kami menangis karena kita semua bahagia sudah menyelesaikan pendidikan di Darul
Hikmah, kami menangis karena kami merasa kami kurang maksimal dalam mendalami
keilmuan selama enam tahun, kami menangis karena jalan untuk menggapai
kesuksesan semakin dekat, kami menangis karena kami sadar bahwa wakti
benar-benar tidak dapat kembali, kami menangis karena kami sadar bahwa waktu di
dunia benar-benar sangat singkat dibandingkan hidup diakhirat yang kekal abadi.
Terlepas
dari hal itu, saya juga bersyukur karena saat wisuda kelulusan sekaligus
perpisahan dengan sekolah, asrama, teman seangkatan, teman sekamar, ustadz dan
ustadzah, bagian TU, ibu-ibu dapur, adek-adek kelas, dan semua civitas
akademika Ponpes Darul Hikmah, juga alhamdulillah mendapat penghargaan sebagai
lulusan terbaik Jurusan IPS.
Masuklah
saya di dunia baru, persaingan daftar dan tes perguruan tinggi adalah tantangan
pertama kami di dunia yang baru, saya pun mencoba beberapa perguruan tinggi
diantaranya; IPDN, AKPOL, UGM (D3 Hukum), Jogja Flight (D1 Pramugara), IHS Solo
(D3 Perhotelan), STEI Tazkia (S1 Perbankan Syariah), dan STEI SEBI (S1
Akuntansi Syariah). Tapi saat itu yang diterima hanya UGM, Jogja Flight, UHS
Solo, STEI Tazkia, dan STEI SEBI, dengan berpikir panjang dan penuh
pertimbangan akhirnya saya memilih STEI SEBI sebagai pelabuhan saya berikutnya
sebagai tempat saya menggali ilmu, terutama dijurusan Akuntansi Syariah. Sebenarnya
tidak pernah terlintas dipikiran waktu itu saya kuliah di daerah Jabar & DKI Jakarta,
tapi itu bukan lah masalah.
Tidak
terlalu susah untuk menyesuaikan diri di STEI SEBI, karena disini memiliki
lingkungan budaya islami yang sesuai budaya saya di pondok dulu, dan karena
dulu saya waktu SMA mengambil jurusan IPS jadi linear dengan jursan yang
sekarang. Mungkin penyesuaian diri yang perlu perhatian lebih yaitu budaya jawa
saya dengan budaya sunda disini.
Banyak
harapan beriring doa baik untuk diri ku sendiri, agama, negara, dan almamater.
Setelah masuk kuliah beberapa pekan dan bulan saya sempat merasa ragu atas
pilihan saya dulu masuk STEI SEBI, tapi setelah beberapa bulan berikutnya saya
sadar bahwa ini adalah jalan terbaik saya yang diberikan oleh Allah Ta’ala
untuk ku lebih dekat dengan-Nya, tidak bisa dibayangka apabila saya kuliah
ditempat yang kurang dalam penanaman nilai-nilai agama, dan di sini saya merasa
jalan untuk mencapai kesuksesan saya semakin bisa ditrawang. Dengan lingkingan
yang islami dan suasana belajar yang kondusif saya rasa cukup untuk
mengazzamkan diri ini untuk bisa memberikan sesuatu yang membanggakan orang tua
dan menjadi orang yang lebih bisa memberi manfaat bagi orang lain.
Dan
lagi-lagi karena rasa suka saya dengan organisasi, didunia perkuliahan pun saya
tidak lepas dari organisasi mulai dari BEM, Forum Daerah, Himpunan Prodi,
sampai Himpunan Beasiswa. Juga rasa syukur saya kepada Allah Ta’ala yang
sekaligus menjadi salah satu alasan saya memilih STEI SEBI menjadi tempah saya
berlabuh di bangku kuliah yaitu mendapat beasiswa dari kampus.
Saat ini
saya sudah semester 5 dan Alhamdulillah selama empat semester yang lalu IPK
dibawah 3,8. Itu adalah kembanggaan tersendiri untuk saya sendiri dan juga buat
orang tua tercinta di rumah. Beberapa pengalaman kepanitiaan yang pernah saya
jalani yaitu salah satunya menjadi Humas GES 8, Ketua Pelaksana OSPEK, dan
Ketua Pelaksana Milad SEBI 16. Dan disini lah saya menemukan motif utama dakwah
dan esensi dari organisasi itu sendiri.
Di semester
ini tidak menduga saya mendapat kesempatan untuk mengikuti seleksi beasiswa
Ekspad Dompet Dhuafa, dan seleksi yang terdiri dari beberapa tahap meloloskan
delapan orang dan saya termasuk dari delapan orang teman saya yang lain.
Setelah dilakukan orientasi pikiran saya mulai terbuka bahwa betapa
beruntungnya saya mendapatkan beasiswa ini, disini saya bisa mendapatkan
pembinaan, pengalaman berharga, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Diantar
sebab adanya beasiswa ini adalah karena melihat fenomena masyarakat yang miskin
mental dan lemah karakter, oleh karena itu beberapa tuntutan dari pihak kampus
dan pihak pemberi beasiswa yaitu Beastudi Indonesia milik Lembaga Zakat Dompet
Dhuafa yaitu harus memiliki kepakaran yang spesifik, dan disini saya memilih
kepakaran Baitul Maal wa Tamwil (BMT), selain itu juga mengharuskan bagi
penerima beasiswa untuk merancang program-program yang berdampak positif dan
langsung ke masyarakat.
Harapan-harapan
besar selalu menjadi motifasi saya untuk terus mengembangkan diri, dan harapan
tersebut tak akan terkabul tanpa restu dari orang-orang yang saya sayangi, yang
utama adalah kedua orangtua saya, lalu saudara, guru, dosen, pembimbing, dan
sahabat-sahabat saya yang senantiasa berbagi cerita dengan saya. Dan
terimakasih yang tak terhingga untuk Allah Ta’ala dan kedua orangtua saya, juga
terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk orang-orang yang selalu mendukung
saya.
Salah satu
Ayat faforit saya (QS. Az-Zalzakah: 7-8) “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpuh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.”
Demikianlah
sekilas autobiografi/otobiografi diriku, semoga dapat memberi banyak manfaat.
Trimakasih atas perhatiannya
Wabillahitaufiiq wal Hidayah,
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh.
0 komentar:
Posting Komentar