Jumat, 25 September 2015

HILANGNYA NILAI-NILAI KEHIDUPAN BANGSA

By Adi Angga Sukmana, Penerima Beasiswa Beastudi Indonesia.


Arus globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama Indonesia telah memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Namun, hal yang menyayat hati adalah perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak. Sehingga memunculkan sejumlah permasalahan kompleks melanda negeri ini akibat moral. Mulai dari korupsi sampai pada hal kecil seperti anak-anak sekolah membolos pelajaran. Belum lagi tindakan-tindakan kriminal yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa krisis moral telah dan sedang menjalar, menjangkiti bangsa ini.
Seperti diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam pembentukan budaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman.
Kecenderungan masalah pada generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang tidak baik.
Sedikit menilik kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, negeri kita sudah dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan berbudi. Karena hal itu lah banyak orang-orang asing kagum dan tertarik untuk berkunjung ke negara kita. Jika dilihat dari segi sistem pendidikan kita.
Namun, yang terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih tertarik akan adat kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat istiadat dan etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itu, timbullah pergaulan bebas di kalangan remaja dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku generasi muda. Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan semakin terpuruk dan memiliki masa depan yang suram.
Rasanya krisis moral terjadi karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai semboyan belaka. Dalam bertindak, orang-orang sudah tidak mengindahkan asas Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jati diri bangsa kini telah luntur, sehingga timbullah perilaku amoral yang merugikan orang lain dan membuat semakin terpuruknya negeri ini.
Fakta di lapangan yang dapat kita lihat adalah sekarang ini banyak orang bertindak dan berperilaku sesuai kehendaknya sendiri. Tak peduli itu merugikan orang lain atau tidak, melanggar hukum/aturan atau tidak, membahayakan dirinya sendiri dan orang lain atau tidak, yang penting menguntungkan bagi dirinya.
Sikap individualis dan egois telah menjangkiti masyarakat, terutama lingkup perkotaan. Rutinitas kehidupan perkotaan penuh dengan kesibukan dan keramaian kota, selain itu kebanyakan di perkotaan rumah-rumah dalam bentuk apartemen dan perumahan sehingga membuat orang cenderung lebih individual, kurang bersosialisasi, dan acuh tak acuh terhadap orang lain bahkan tidak mengenal tetangga-tetangganya.
Tak hanya itu saja, gaya hidup mereka pun mengikuti adat kebiasaan negeri lain. Dapat dilihat dari cara berpakaian mereka pun meniru gaya budaya luar yang minim bahan dan memperlihatkan bagian-bagian yang seharusnya tidak diperlihatkan. Bagi mereka itu merupakan gaya trend masa kini, padahal jelas-jelas itu tidak diperbolehkan agama dan melanggar etika berpakaian.
Kebiasaan anak jaman sekarang yang biasa kita lihat adalah terjadinya tawuran antar sekolah, konflik antar anak sekolah yang mengakibatkan perkelahian dan pembunuhan, kenakalan remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang dianggap tidak sopan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya, juga banyak siswa sekolah yang menjadi korban narkoba (Suparno, dkk., 2002 : 9).
Kebiasaan tawuran pun sekarang malah jadi budaya, tak jarang dari mereka melakukan tawuran hanya untuk membuat sensasi, onar, dan kisruh tanpa alasan dan masalah yang jelas. Kenakalan remaja seperti free sex, pergaulan bebas, dan pemakaian narkoba sudah menjalar hingga ke pelosok desa. Belum lagi, maraknya video perzinahan yang semakin mudah diakses dan didapatkan. Dengan hanya meroggoh kocek yang tak seberapa, orang dapat mendownloadnya dari situs-situs di internet dan dari pedagang-pedagang nakal.
Belum lagi saat ini susah ditemukan pemimpin yang dapat dijadikan contoh dan bermoral tinggi. Dr. Franz Magnis Suseno menggarisbawahi bahwa para pemimpin birokrasi dan elit politik sekarang ini sudah tidak mampu berfikir lagi dan berbuat untuk kepentingan rakyat (Munib, dkk., 2012 : 106). Sehingga lahirlah korupsi dimana-mana dan ini menandakan kurang tegasnya hukum di negara kita. Kasus-kasus yang menyeret sejumlah pejabat tinggi negeri tidak segera diusut tapi seolah-olah diperlambat hingga tertumpuk kasus yang baru sehingga kasus yang lama pun terlupakan.
Menurut Isjoni (2006 : 111), sistem pendidikan kita selama ini masih lebih menitik beratkan dan menjejalkan pada penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan psikomotorik seolah-olah dinomorduakan. Apa yang terjadi? Terbentuknya pribadi yang miskin tata krama, sopan santun, dan etika moral.
Seharusnya, penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan orang tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak. Melalui pengajaran akhlak seperti  dididik dan diberikan pengertian tentang perbuatan baik dan buruk, menanamkan nilai-nilai keagamaan,  dan tata krama. Orang tua harus selalu mengawasi segala perilaku dan perkembangan anaknya terutama ketika anak menginjak usia remaja, karena di usia ini terjadi ketidak seimbangan emosi sehingga mudah terbawa ke hal-hal yang buruk.
Dalam lingkungan sekolah, peran guru harus aktif dalam memberikan penanaman etika, moral, dan akhlak kepada siswanya. Tak hanya pengetahuan saja yang diajarkan dalam pembelajaran namun guru harus mampu mendidik dan memberikan nilai-nilai kebaikan serta memberikan teladan bagi siswa. Dengan begitu siswa dapat menanamkan dan menerapkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan bermasyarakat juga harus menanamkan etika, moral, dan akhlak adalah lingkungan masyarakat. Dan yang terakhir adalah peran pemerintah. Pemerintah harus tanggap dan sigap terhadap permasalahan moral para generasi muda yang semakin menurun. Melalui Kementerian Pendidikan Nasional, pemerintah harus mengkaji dan menelaah serta memberikan kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan moralitas generasi muda. Agar tujuan yang diharapkan akan tercapai dan menghasilkan keluaran sumber daya manusia yang bermutu, berbudi luhur dan beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

0 komentar:

Posting Komentar