By Adi Angga Sukmana, Penerima Beasiswa Beastudi Indonesia.
Arus
globalisasi yang sedang melanda seluruh penjuru dunia terutama Indonesia telah
memberikan banyak perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Namun, hal yang
menyayat hati adalah perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada
krisis moral dan akhlak. Sehingga memunculkan sejumlah permasalahan kompleks
melanda negeri ini akibat moral. Mulai dari korupsi sampai pada hal kecil
seperti anak-anak sekolah membolos pelajaran. Belum lagi tindakan-tindakan
kriminal yang setiap hari biasa kita lihat. Hal ini membuktikan bahwa krisis
moral telah dan sedang menjalar, menjangkiti bangsa ini.
Seperti
diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam pembentukan budaya
masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa
sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh
negatif, meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat diumpamakan
remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada
remaja mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut,
casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini,
remaja diajarkan untuk hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan
sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman.
Kecenderungan
masalah pada generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak
mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu
perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah
sebaliknya, di perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat
terbawa oleh pergaulan yang tidak baik.
Sedikit
menilik kehidupan Indonesia tempo dulu. Sejak dulu, negeri kita sudah dikenal
di seluruh penjuru dunia sebagai negeri yang ramah, sopan, dan berbudi. Karena
hal itu lah banyak orang-orang asing kagum dan tertarik untuk berkunjung ke
negara kita. Jika dilihat dari segi sistem pendidikan kita.
Namun, yang
terjadi di Indonesia saat ini adalah generasi muda lebih tertarik akan adat
kebiasaan negeri lain yang sebenarnya tidak sesuai dengan adat istiadat dan
etika bangsa kita. Mereka menganggap lebih keren dan modern, baik itu gaya
hidup maupun tingkah lakunya. Karena hal itu, timbullah pergaulan bebas di
kalangan remaja dan mempengaruhi pikiran serta tingkah laku generasi muda.
Merosotnya moral pada generasi muda membuat Indonesia akan semakin terpuruk dan
memiliki masa depan yang suram.
Rasanya
krisis moral terjadi karena nilai-nilai Pancasila sekarang ini mulai luntur dan
tidak lagi diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila yang
seharusnya sebagai pedoman hidup dan falsafah bangsa kini hanya sebagai
semboyan belaka. Dalam bertindak, orang-orang sudah tidak mengindahkan asas
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Jati diri bangsa
kini telah luntur, sehingga timbullah perilaku amoral yang merugikan orang lain
dan membuat semakin terpuruknya negeri ini.
Fakta di
lapangan yang dapat kita lihat adalah sekarang ini banyak orang bertindak dan
berperilaku sesuai kehendaknya sendiri. Tak peduli itu merugikan orang lain
atau tidak, melanggar hukum/aturan atau tidak, membahayakan dirinya sendiri dan
orang lain atau tidak, yang penting menguntungkan bagi dirinya.
Sikap
individualis dan egois telah menjangkiti masyarakat, terutama lingkup
perkotaan. Rutinitas kehidupan perkotaan penuh dengan kesibukan dan keramaian
kota, selain itu kebanyakan di perkotaan rumah-rumah dalam bentuk apartemen dan
perumahan sehingga membuat orang cenderung lebih individual, kurang
bersosialisasi, dan acuh tak acuh terhadap orang lain bahkan tidak mengenal
tetangga-tetangganya.
Tak hanya
itu saja, gaya hidup mereka pun mengikuti adat kebiasaan negeri lain. Dapat
dilihat dari cara berpakaian mereka pun meniru gaya budaya luar yang minim
bahan dan memperlihatkan bagian-bagian yang seharusnya tidak diperlihatkan.
Bagi mereka itu merupakan gaya trend masa kini, padahal jelas-jelas itu tidak
diperbolehkan agama dan melanggar etika berpakaian.
Kebiasaan
anak jaman sekarang yang biasa kita lihat adalah terjadinya tawuran antar
sekolah, konflik antar anak sekolah yang mengakibatkan perkelahian dan
pembunuhan, kenakalan remaja yang berlebihan, siswa-siswi yang dianggap tidak
sopan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya, juga banyak siswa sekolah
yang menjadi korban narkoba (Suparno, dkk., 2002 : 9).
Kebiasaan
tawuran pun sekarang malah jadi budaya, tak jarang dari mereka melakukan
tawuran hanya untuk membuat sensasi, onar, dan kisruh tanpa alasan dan masalah
yang jelas. Kenakalan remaja seperti free sex, pergaulan bebas, dan pemakaian
narkoba sudah menjalar hingga ke pelosok desa. Belum lagi, maraknya video
perzinahan yang semakin mudah diakses dan didapatkan. Dengan hanya meroggoh
kocek yang tak seberapa, orang dapat mendownloadnya dari situs-situs di
internet dan dari pedagang-pedagang nakal.
Belum lagi saat
ini susah ditemukan pemimpin yang dapat dijadikan contoh dan bermoral
tinggi. Dr. Franz Magnis Suseno menggarisbawahi bahwa para pemimpin birokrasi
dan elit politik sekarang ini sudah tidak mampu berfikir lagi dan berbuat untuk
kepentingan rakyat (Munib, dkk., 2012 : 106). Sehingga lahirlah korupsi
dimana-mana dan ini menandakan kurang tegasnya hukum di negara kita.
Kasus-kasus yang menyeret sejumlah pejabat tinggi negeri tidak segera diusut
tapi seolah-olah diperlambat hingga tertumpuk kasus yang baru sehingga kasus
yang lama pun terlupakan.
Menurut
Isjoni (2006 : 111), sistem pendidikan kita selama ini masih lebih menitik beratkan
dan menjejalkan pada penguasaan kognitif akademis. Sementara afektif dan
psikomotorik seolah-olah dinomorduakan. Apa yang terjadi? Terbentuknya pribadi
yang miskin tata krama, sopan santun, dan etika moral.
Seharusnya,
penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan
keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan
pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak
mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan orang tua sangat
penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu
memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak. Melalui pengajaran
akhlak seperti dididik dan diberikan pengertian tentang perbuatan baik
dan buruk, menanamkan nilai-nilai keagamaan, dan tata krama. Orang tua
harus selalu mengawasi segala perilaku dan perkembangan anaknya terutama ketika
anak menginjak usia remaja, karena di usia ini terjadi ketidak seimbangan emosi
sehingga mudah terbawa ke hal-hal yang buruk.
Dalam
lingkungan sekolah, peran guru harus aktif dalam memberikan penanaman etika,
moral, dan akhlak kepada siswanya. Tak hanya pengetahuan saja yang diajarkan
dalam pembelajaran namun guru harus mampu mendidik dan memberikan nilai-nilai
kebaikan serta memberikan teladan bagi siswa. Dengan begitu siswa dapat
menanamkan dan menerapkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan bermasyarakat
juga harus menanamkan etika, moral, dan akhlak adalah lingkungan masyarakat. Dan
yang terakhir adalah peran pemerintah. Pemerintah harus tanggap dan sigap
terhadap permasalahan moral para generasi muda yang semakin menurun. Melalui
Kementerian Pendidikan Nasional, pemerintah harus mengkaji dan menelaah serta
memberikan kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan moralitas generasi muda.
Agar tujuan yang diharapkan akan tercapai dan menghasilkan keluaran sumber daya
manusia yang bermutu, berbudi luhur dan beriman serta bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
0 komentar:
Posting Komentar