Selasa, 31 Maret 2015

SERIBU WARNA BUDAYA INDONESIA


Tema: Bangga Menjadi Indonesia (Sejarah dan Budaya)
By Adi Angga Sukmana
Pentingnya Rasa Nasionalisme
Indonesia, Negara merdeka dengan ribuan kebudayaan dan dengan segala keberagamannya. Ribuan kebudayaan tersebut telah memberikan sentuhan warna pada negeri ini dengan karya-karyanya. Indonesia, suatu negara yang kaya akan karya. Setiap kebudayaan menawarkan suatu ciri khas, yang tentunya memiliki keindahan dan keistimewaannya tersendiri. Hal tersebutlah yang kemudian menjadi nilai jual negeri ini. Tidak semua negara di belahan bumi ini seberuntung Indonesia. Tak semua negara di belahan bumi ini memiliki ribuan kebudayaan yang amat beragam dengan nilai seni yang kuat seperti Indonesia.
Sedikit crosscheck kebelakang, demi mencapai kemerdekaan Indonesia, dahulu para pejuang bangsa berusaha bersatu untuk merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia. Perjuangan mencapai hasilnya, terlihat pada Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Peristiwa ini merupakan awal dari tumbuhnya kesadaran untuk membentuk suatu Negara dalam satu ikatan nasional yang kemudian mendorong proklamasi 17 Agustus 1945 yang merupakan puncak dari perjuangan dalam merebut kemerdekaan, hal ini dapat terwujud karena adanya rasa nasionalisme bangsa pada saat itu.
Setelah Bangsa Indonesia merdeka hingga saat ini, rasa nasionalisme dirasakan semakin memudar. Bisa kita lihat dari masyarakat yang lebih menonjolkan kepentingan pribadi atau golongan, sikap fanatisme yang berlebihan, hilangnya rasa saling hormat menghormati dalam kehidupan berbangsa dan menurunnya cinta akan budaya-budaya asli Indonesia.
Memudarnya nasionalisme diakibatan oleh persoalan internal dan dampak eksternal era globalilasi yang tidak dapat dihindari. Padahal rasa nasionalisme itu sangat penting sekali bagi bangsa Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang maju, bangsa yang mandiri, bangsa yang berdaya, bagsa yang adil dan sejahtera.

Kebudayaan Bangsa Indonesia
Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi“ yang artinya akal. Jadi secara sederhana kebudayaan berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal manusia. Dari asal kata tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupannya yang bermasyarakat. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah bentuk perilaku dan benda nyata yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, seni budaya dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Indonesia merupakan merupakan negara kepulauan, dan setiap pulau memiliki beberapa suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki budaya yang berbeda, yang menjadikan keragaman budaya di Indonesia. Bentuk keragaman budaya di Indonesia, di antaranya sebagai berikut:
1. Bahasa Daerah Setiap suku bangsa, memiliki bahasa sendiri. Contoh: bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, bahasa Bali, dan bahasa Banjar.
2. Adat Istiadat Adat istiadat meliputi tata cara dalam upacara perkawinan, upacara keagamaan, kematian, kebiasaan, dan pakaian adat.
3. Kesenian Daerah Kesenian daerah, meliputi seni tari, rumah adat, lagu daerah, seni musik dan alat musik daerah, cerita rakyat, serta seni pertunjukan daerah.
Dari keberagaman budaya tersebut dapat memperkuat rasa nasionalisme, hal ini dapat dimulai dengan pemupukan rasa cinta daerah kelahiran melalui pengenalan dan pemahaman berbagai aspek yang dimilikinya, baik fisik, sosial, maupun budayanya secara integratif. Dengan pemupukan rasa cinta daerah asal harapannya adalah akan tumbuhnya nasionalisme yang berakar kuat dimulai dari daerah masing-masing dan tentu saja kebermanfaatanya dirasakan bersama.
Pemupukan rasa cinta daerah kelahiran dan kebudayaan di daerahnya merupakan beberapa cara awal menanamkan nasionalisme. Cara ini dapat ditanamkan lebih awal pada anak yakni melalui pengajaran kecintaan budaya daerahnya seperti lagu-lagu daerah, kesenian daerah, permainan tradisional, tari daerah, dan lain-lain. Pengetahuan akan budaya daerahnya akan meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur anak akan kekayaan negaranya sendiri. Salah satu budaya bangsa Indonesia yang dimiliki oleh setiap daerah adalah Tari Daerah
Beberapa tari daerah yang kita kenal yaitu Tari Saman Meuseukat dari Aceh (di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis, suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam), Tari Kecak dari Bali (sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa), Tari Merak dari Jawa Barat (sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau), Reog Ponorogo dari Jawa Timur (merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan), Tari Perang dari Kalimantan Timur (Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis), Tari Selamat Datang dari Papua (tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.), Tari Serimpi Sangu Pati dari Yogyakarta (sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut), dan Tari yang berasal dari Jawa Tengah tepatnya di Kab Purworejo tempat kelahiran saya yaitu tari Dolalak.
Sedikit membahas terkait Tari Dolalak, bahwa Kab Purworejo memiliki salah satu tari kerakyatan yang menjadi ciri khas yaitu tari dolalak. Awal mula kehadirannya tidak diketahui secara pasti namun ada pada zaman penjajahan Belanda. Tari dolalak ditarikan oleh para remaja putri yang berpakaian mirip serdadu Belanda, dan puncaknya digambarkan saat penari mendem atau kerasukan setan. Pengiring yang digunakan berupa: kendang, rebana dan bedug, sedangkan syair-syairnya tentang keagamaan, pendidikan dan juga berbagai kritik dan sindiran. Tari dolalak berasal dari kata “do” dan “la-la” yang dimaksud not balok dari “do re mi fa sol la si do”, yang diambil dari pendengaran penduduk pribumi yang berubah menjadi lidah jawa dolalak, sekitar tahun 1940. Tari ini oleh rakyat Indonesia diciptakan sebagai misi keagamaan dan politik untuk memerangi Belanda. Tari ini dipentaskan pada saat-saat tertentu, diantaranya; mantu, sunatan dan syukuran.

Tantangan Kebudayaan Indonesia
Kehidupan manusia tidak pernah statis dan pada seiring waktu akan selalu mengalami perubahan sosial termasuk pula budaya karena budaya adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Sehingga mau tidak mau kita akan mengalami perubahan dari budaya lama menjadi budaya baru yang mungkin sebagian atau bahkan seluruhnya berbeda dari kebudayaan yang sebelumnya. Jika pada zaman dahulu perubahan budaya biasanya terjadi dalam waktu lama, namun pada zaman yang kian modern berkat kemajuan teknologi dan juga globalisasi dalam segala aspek kehidupan manusia di bumi ini sehingga perubahan budaya terjadi cukup cepat dan tidak jarang radikal.
Tidak heran jika di Indonesia pun terjadi kegamangan budaya karena intervensi budaya modern dari luar yang makin gencar. Selain itu, generasi muda kita sebagai produk modernisme semakin kurang tertarik terhadap hal-hal yang berbau tradisi karena dianggap kuno, ketinggalan zaman dan hanya milik generasi tua belaka. Menghadapi keadaan itu, pemerintah dan segenap kelompok masyarakat yang peduli sebenarnya tidak tinggal diam.
Karena bagaimanapun budaya tradisional patut dilindungi dan dilestarikan. Budaya tradisional terkandung nilai-nilai luhur pembentuk jati diri bangsa. Ketika nilai-nilai ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda maka mereka hanya akan memiliki nilai-nilai global, dan hilanglah jati diri bangsa Indonesia ini.
Masalahnya upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian budaya tradisional sampai saat ini tidak begitu mudah dilakukan di tengah serbuan budaya modern dari luar. Selain masalah internal seperti kurang ketertarikan masyarakat Indonesia terutama generasi mudanya dan upaya pelestarian yang belum terasa gaungnya, juga terjadi masalah eksternal salah satunya arus globalisasi.

Tantangan Melestarikan Kebudayaan Itu Bernama Globalisasi
Globalisasi diidentikkan dengan proses integrasi negara yang ada di dunia sehingga menjadi tanpa batas. Setiap peristiwa yang terjadi di suatu wilayah dapat diketahui secara cepat dan dapat menimbulkan efek dibagian dunia yang lain. Disini kita melihat bahwa nantinya dengan proses integrasi seperti ini dikhawatirkan rasa nasionalisme akan memudar. Karena nantinya eksistensi negara-bangsa juga akan mengalami kemunduran. Karena pada dasarnya negara sudah tidak memiliki kekuatan apa-apa, semuanya dikembalikan kepada kekuatan dunia internasional. Pihak asing nantinya dapat mengintervensi setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Semakin terbukanya arus informasi juga mempengaruhi pola pikir suatu bangsa. Masuknya budaya dan nilai asing turut merubah cara pandang anak bangsa. Semangat kebersamaan dan gotong royong telah digantikan dengan semangat individualisme. Ikatan negara bangsa sebagai hasil dari pergaulan antara kedaulatan negara mulai merenggang. Akibatnya kita lihat banyak konflik yang terangkat kepermukaan. Konflik yang muncul tersebut ternyata diakibatkan oleh masalah sepele.
Belakangan ini juga muncul gerakan separatisme yang mengarah pada ancaman disintegrasi. Hal-hal seperti ini diakibatkan karena memudarnya semangat persatuan dan rasa nasionalisme. Tantangan seperti itu hanya bisa diatasi bila bangsa Indonesia di satu pihak tetap mempertahan identitasnya dalam ikatan persatuan nasional.

Nilai Kebudayaan Memperkuat Rasa Nasionalisme
Secara umum nasionalisme diartikan bentuk dari rasa cinta tanah air, dimana seseorang atau sekolompok manusia tinggal dan memperoleh kehidupan. Rasa cinta ini timbul karena adanya karena adanya perasaan senasib antara sesama manusia yang ada dalam sebuah kelompok dan mendiami suatu daerah.
Belakangan ini beberapa terlihat usaha dari pemerintah untuk mematenkan sebagian budaya bangsa, mengingat banyaknya budaya bangsa kita yang di klaim Negara tetangga. Usaha yang dilakukan belakangan ini hendaklah bukan hanya pihak pemerintah saja, tetapi terlihat dari masyarakat yang gencar menunjukkan kebudayaan bangsa dengan pemakaian batik misalnya, bisa terlihat dari banyaknya busana batik dikantor dan sekolah yang digunakan, dan naiknya produksi batik.
Keadaan seperti inilah yang terus harus dijaga, bukan hanya terhadap batik saja tetapi juga dengan keragaman budaya kita yang lain yaitu lagu daerah, pakaian adat, rumah adat, alat musik daerah, dan tari daerah.
Untuk melestarikan kekayaan bangsa sebenarnya bukan hal yang sulit, kita dapat melestarikan budaya bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menggunakan baju batik, menyanyikan lagu-lagu khas daerah masing-masing, dan menampilkan tari-tari daerah dalam setiap acara. Dan untuk itu semua perlu adanya peran dari pemerintah dan masyarakat. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat diperlukan untuk melestarikan budaya asli Indonesia tersebut.
Mungkin agak sedikit lucu, tetapi dengan banyaknya budaya bangsa kita yang di klaim Negara tetangga berdampak baik terhadap rasa nasionalisme yaitu masyarakat Indonesia sadar akan pentingkannya kebudayaan sehingga masyarakat Indonesia memiliki rasa menjaga dan melestarikan kebudayaan sebagai warisan dari nenek moyang.

Meningkatkan Sikap Rasa Nasionalisme
Ada beberapa sikap yang bisa meningkatkan rasa nasionalisme, yaitu:
1. Mulailah menggunakan peralatan hasil karya bangsa sendiri, hal ini bisa menambah rasa cinta dan bangga akan hasil karya tangan-tangan kreatif penduduknya.
2. Mulailah memperhatikan sejarah perjungan para pahlawan pendiri dan pembela bangsa ini, dengan keringat, darah, bahkan nyawa meraka rela korbankan untuk mempersatukan bangsa ini dan menjadi bangsa yang merdeka. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa perbuatan misalkan mempelajari sejarah, bias membaca, mengunjungi museum atau mendengar cerita jejarah hidup kakek nenek kita.
3. Pemupukan rasa cinta daerah kelahiran dan kebudayaan di daerah, ini merupakan cara awal menanamkan nasionalisme. Cara ini dapat ditanamkan lebih awal pada anak yakni melalui pengajaran kecintaan budaya daerahnya seperti lagu-lagu daerah, kesenian daerah, permainan tradisional, tari daerah, dan lain-lain.
4. Mulailah menciptakan prestasi dalam semua bidang misalkan dar bidang olah raga, akademik, teknologi dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela bekorban demi bangsa. Biasanya hal inilah yang paling banyak membuat pegaruh dalam diri seseorang dalam menigkatkan jiwa nasionalisme.

Clossing Stattemen
Keragaman budaya yang ada diharapkan dapat menjadi sesuatu yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia, keragaman yang ada bukan berarti memecah-belah bangsa Indonesia itu tersendiri akan tetapi memperkaya dan memperkokoh kesatuan bangsa Indonesia dan keberagaman budaya ini dapat dilestarikan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan dari bangsa Indonesia.
Sebagai generasi muda penerus bangsa walaupun belum bisa mengambil kebijakan yang berpengaruh luas, setidaknya kita harus cerdas dan sigap dalam menyikapi dan menindaklanjuti segala perubahan yang ada, dengan cara ikut serta dalam upaya pelestarian budaya bangsa kita.

Senin, 30 Maret 2015

ANEKA RAGAM TARIAN ASLI INDONESIA


Sebagai anak bangsa Indonesia kita harus mengenal baik budaya bangsa sebagai identitas diri dari bangsa kita sendiri. Sebagai anak yang terlahir di jaman modern banyak yang belum mengenal budaya asli bangsa Indonesia. Sudah seharusnya kita bangga akan budaya asli bangsa karena budaya kita sangatlah unik dan beraneka ragam. Salah satunya adalah tarian asli Indonesia, agar tidak pudar termakan oleh tarian modern yang datang dari budaya luar Indonesia.

1.  Tarian dari Daerah Istimewa Aceh
Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh.
Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam.

2. Tarian dari Bali
Tari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati.
Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa.
Tari Pendet, pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.

3. Tarian dari Bengkulu
Tari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.
Tari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.

4. Tarian dari DKI Jakarta
Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.
Tari Yapong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara.

5. Tarian dari Jambi
Tari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.
Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.

6. Tarian dari Jawa Barat
Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.
Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.

7. Tarian dari Jawa Tengah
Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.
Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.

9. Tarian dari Jawa Timur
Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.
Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.

8. Tarian dari Kalimantan Barat
Tari Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi
Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat.

10. Tarian dari Kalimantan Selatan
Tari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.
Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.

11. Tarian dari Kalimantan Tengah
Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat.

12. Tarian dari Kalimantan Timur
Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tamu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu lahir seorang bayi kepala suku.
Tari Perang, Tari yang mempertunjukan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis.

13. Tarian Daerah Lampung
Tari Jangget, adalah tarian untuk upacar-upacara peradatan. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila rakyat Lampung.
Tari Malinting, merupakan sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat Lampung. Menceritakan tentang kunjungan Sunan Gunung Jati ke Keraton Pulung.

14. Tarian daerah Maluku
Tari Lenso. merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan rakyat masyarakat Maluku.
Tari Cakalele, adalah tari Perang Yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.

15. Tarian dari Maluku Utara
Tari Perang, Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan juang.

16. Tarian dari NTB
Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.

17. Tarian dari NTT
Tari Perang, tari yang menunjukkan sifat-sifat keperkasaan dan kepandaian mempermainkan senjata. Senjata yang dipakai berupa cambuk dan perisai.
Tari Gareng Lameng, dipertunjukkan pada upacara khitanan. Tari ini berupa ucapan selamat serta mohon berkat kepada Tuhan agar yang dikhitan sehat lahir batin dan sukses dalam hidupnya.

18. Tarian dari  Papua
Tari Perang, tari yang melambangkan kepahlawanan, dan kegagahan rakyat Papua.

19. Tarian dari Papua Timur
Tari Selamat Datang, tari yang mempertunjukan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.

20. Tarian dari Riau
Tari Tandak, merupakan tari pergaulan yang sangat di gemari di daerah Riau.
Tari Joged Lambak, adalah tari pergaulan muda-mudi, yang sangat populer dan disenangi.

21. Tarian dari Sulawesi Selatan
Tari Kipas, tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas samhil mengikuti alunan lagu.
Tari Bosara, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerakan-gerakan badannya sangat luwes.

22. Tarian dari Sulawesi Tengah
Tari Lumense, tari dari Poso yang merupakan tarian selamat dating untuk menyambut tamu agung.

23. Tarian dari Sulawesi Tenggara
Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalarn menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.

24. Tarian dari Sulawesi Utara
Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.

25. Tarian dari Gorontalo
Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda-mudi daerah Gorontalo.

26. Tarian dari Sumatera Barat
Tari Piring, Sebuah tari tradisional yang melambangkan suasana kegotong royongan rakyat dalam menunaikan tugasnya. Siang hari mengerjakan sawah ladang dan malam harinya bersukaria bersama-sama.
Tari Payung, Ditarikan oleh sepasang muda-mudi dengan payung di tangan, sang pria melindungi kepala sang wanita, sebuah perlamban perlindungan lelaki terhadap wanita.

27. Tarian dari Sumatera Selatan
Tari Tanggai, merupakan sebuah tarian dalam menyambut para tamu disertai upacara kebesaran adat.
Tari Putri Bekhusek, artinya sang putri yang sedang bermain. Tari ini sangat populer di Kabupaten Ogan Komering Ulu dan melamgangkan kemakmuran daerah Sumatra Selatan.

28. Tarian daerah Sumatera Utara
Tari Serampang Dua Belas, Sebuah tari Melayu dengan irama joged diiringi musik dengan pukulan gendang ala Amerika Latin. Serampang dua belas merupakan tari pergaulan.
Tari Tor Tor, Sebuah tari dari daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan dan ditarikan dalam suasana khusuk

29. Tarian dari DIY
Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.
Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh 9 putri dengan irama yang lemah gemulai.

Kamis, 26 Maret 2015

ARTIKEL POTENSI ZAKAT KABUPATEN PURWOREJO

Assalamu’alaikum wr wb
Seagala puji bagi Allah tuhan semesta alam, yang telah menciptakan manusia dari saripati tanah, kemudian dijadikan oleh-Nya sebagai seorang khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalau Allah curahkan kepada junjungan nabi besar kita yaitu baginda Rasulullahi solallahu ‘alaihi wasalam yang telah menuntun manusia kejalan yang lurus yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dalam artikel singkat ini saya mencoba menguraikan mengenai pengelolaan zakat dari penghimpunan sampai proses penyaluran pada masyarakat dari DKM Masjid tempat saya tinggal, yaitu daerah Purworejo.
Secara Nasional, potensi zakat di negeri ini belum digarap secara optimal. Bahkan, beberapa pengamat ekonomi islam mengatakan potensi zakat di Indonesia masih terlantar. Menurut saya pun memang sulit untuk memaksimalkan zakat di Indonesia. Padahal kalau boleh saya berangan-angan, jika potensi zakat itu bisa ditarik maksimal, maka dapat dipastikan bisa menjadi solusi alternative penanggulangan kemiskinan di Indonesia pada umumnya.
Persoalanya untuk memaksimalkan zakat di Indonesia memang bisa dikatakan sangat sulit, tapi bagaimanapun zakat itu harus digarap. Untuk bisa mengoptimalkan itu memang diperlukan adanya lembaga-lembaga yang bisa menampung dan menyalurkan zakat secara tepat dan baik.
Potensi zakat memang masih terpinggirkan di daerah saya yaitu kabupaten Purworejo padahal dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk membantu mensejahterakan kaum dhuafa di daerah saya bila dikelola secara professional. Untuk itu, seharusnya seluruh elemen pemerintah dari desa sampai ke kabupaten bahu-membahu melakukan gerakan sadar zakat produktif.
Bagi daerah Purworejo, di era otonomi daerah khususnya seperti sekarang ini, semestinya diperlukan adanya peran lembaga-lembaga nonpemerintah untuk mengumpulkan zakat itu. Selama ini di daerah Purworejo belum banyak lembaga bukan pemerintah seperti LSM yang bergerak untuk menangani zakat. Mungkin pengalaman atau kiat sejumlah LSM di luar Purworejo yang selama ini  menggarap potensi zakat, bisa juga ditiru untuk mengoptimalkan penggarapan potensi zakat di Purworejo.
Hasil wawancara saya kemarin dengan salah satu pengurus masjid sangat jelas bahwa pemberdayaan dana zakat belum terlalu optimal dari segi apapun, tapi saya juga kagum dengan kesadaran masyarakat setempat tempat saya tinggal, bahwa mereka membayar zakat atas dasar kesadaran berbagi antar sesama masyarakat di daerah setempat tersebut, dan pengelolaannya pun atas dasar kebersamaan dan kepercayaan. Akan tetapi penggarapan pengelolaan zakat masih sangat sederhana, memang selama ini bisa dikatakan sudah cukup membantu dan dirasakan oleh masyarakat setempat, tapa saya yakin dengan pengelolaan yang professional bisa lebih dapat dirasakan bahkan bisa mengentaskan kemiskinan di daerah setempat bahkan di daerah sekitarnya.
Terlepas dari keyakinan saya atas kesempurnaan artikel yang saya buat ini, sebagai makhluk yang sebenarnya jauh dari sempurna, saya tetap menanti kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya artikel ini.

Wa alaikum salam wr wb.

DESA BERDAYA, MAJU & BERDIKARI



Salah satu tren di era global adalah kemandirian. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu memenangkan persaingan. Bangsa yang mandiri terbentuk oleh masyarakat mandiri. Tentu dalam mewujudkan kemandirian itu dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses yang menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan.
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, adalah merupakan negara desa dengan jumlah desanya sebanyak 63.000-an desa.
Salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa adalah masjid. Masjid adalah jantung umat. Masjid adalah salah satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal (sekolah) yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan datang.
Jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu (Republika, Dialog Jumat 2010, hlm. 4) dan merupakan jumlah terbesar di dunia. Namun bila dicermati, kondisi kaum muslimin saat ini dimana masjid belum difungsikan secara optimal. Alangkah indahnya jika sekitar 800 ribu masjid di Indonesia dapat memberikan jawaban riil atas berbagai permasalahan umat. Setiap kumandang adzan mengalirkan kerinduan umat untuk datang mendekat seperti layaknya fungsi jantung bagi darah. Masjid seharusnya dapat dioptimalkan fungsinya sebagai ruang publik dan pusat peradaban umat.
Dalam tulisan sederhana ini akan dibahas pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid. Pengertian dan fungsi pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid? Pelaku dari pemberdayaan masyarakat berbasis masjid? Menuju Qaryah Thayyibah?.

I. Pengertian dan Fungsi Pemberdayaan Masyarakat Desa Berbasis Masjid
Pemberdayaan masyarakat yg saya maksud di sini intinya meliputi tiga hal, yaitu: pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya kemandirian. Dengan demikian maka bisa dipahami bahwa pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid pengertiannya adalah proses untuk menjadikan masyarakat desa itu mandiri dengan mengambil pusat kegiatan di masjid.
Yang menarik dari pengertian pemberdayaan tadi adalah disana ada sebuah proses. Pengertian proses itu berarti menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan. Proses akan merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah baik knowledge, attitude, maupun praktik menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan kecakapan-ketrampilan yang baik.
Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa pemberdayaan masyarakat berjalan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan-pengetahuan, kecakapan-ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
Selanjutnya dengan memahami pengertian pemberdayaan dan tahapan-tahapannya maka dapat dipahami bahwa tujuan dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian itu meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.
Memang tidak dipungkiri bahwa sementara ini sebagian anggota masyarakat beragama Islam masih berpikir sekular. Dibuktikan dengan menjadikan masjid hanya sebagai tempat ibadah semata. Padahal fungsi masjid yang seharusnya lebih dari itu. Yakni masjid juga harus berfungsi sosial. Jadi secara real dinamika masjid bukan hanya diisi oleh pelaksanaan shalat dan bentuk-bentuk upacara keagamaan yang lain tetapi masjid juga sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas umat baik secara ekonomi, politik maupun sosial budaya.

II. Pelaku dari pemberdayaan masyarakat berbasis masjid.
Pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid merupakan sebuah kerja besar. Sehingga harus mendapat dukungan semua pihak yang ada di desa untuk dapat berjalan secara baik. Pelaku yang pertama adalah masyarakat itu sendiri. Karena merekalah yang menjadi subyek sekaligus obyek dari kegiatan tersebut. Dari masyarakatlah akan tampil kader-kader umat yang dapat berkhidmat untuk melayani umat melalui masjid. Dan dukungan mereka akan menghasilkan perubahan yang signifikan di tengah masyarakat seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang berlangsung.
Pihak yang tidak bisa ditinggalkan dalam pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah dunia usaha. Karena dari merekalah baik dukungan SDM yang berkualitas maupun aliran dana yang lancar dapat diharapkan. Mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan ekonomi umat. Sehingga masyarakat minimal dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik.

III. Menuju Qaryah Thayyibah.
Qaryah thayyibah hendaknya menjadi visi dari usaha pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid. Artinya semua tahapan dalam proses pemberdayaan tersebut mengarah pada terbentuknya qaryah thayyibah. Secara mudah qaryah thayyibah dapat dipahami sebagai sebuah konsep masyarakat ideal.
Dari landasan normatif tersebut maka suatu wilayah dapat menjadi qaryah thayyibah jika memenuhi tiga syarat :
1. Adanya kepemimpinan yang Islami.
2. Adanya peraturan-perundangan yang Islami.
3. Adanya praktik budaya masyarakat yang Islami.

Sebuah ayat yang biasanya dijadikan pijakan dalam pembicaraan tentang qaryah thayyibah adalah Surat Al-A’raaf ayat 96, artinya :
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
Dari ayat tadi maka dapat dipahami bahwa syarat terbentuknya qaryah thayyibah itu adalah iman dan takwa.


VI. Kesimpulan
Dari uraian di muka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut :
1. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid dapat dipahami sebagai sebuah proses untuk menjadikan masyarakat punya kompetensi keilmuan, attitude, dan ketrampilan untuk mandiri.
2. Agar masjid dapat menjadi medium pemberdayaan masyarakat hendaknya masjid dikelola oleh orang-orang yang berkhidmat pada pelayanan umat melalui masjid dengan managemen yang efisien dan efektif baik dalam aspek idarah, imarah maupun ri’ayah.
3. Usaha pemberdayaan masyarakat barbasis masjid hendaknya melibatkan masyarakat (jamaah masjid), dunia usaha, dan pemerintah desa.
4. Qaryah Thayyibah hendaknya menjadi visi dari pemberdayaan masyarakat berbasis masjid.

Sabtu, 14 Maret 2015

TUGAS MADRASAH KADERISASI (MK) BEM KEMENTRIAN PENGEMBANGAN MINAT & BAKAT

1. Menghadiri & meramaikan acara “Konferensi Akbar Komunitas Kegiatan Mahasiswa” hari kamis, tgl 26 Maret 2015 di Ruang Aula. (semua klompok wajib hadir)

2.  Membuat Profil Umum KKM (Komunitas Kegiatan Mahasiswa) dengan format: min. 1 lembar full, ukuran A4.
      Informasi yang dimuat yaitu:
a. Nama KKM:
b. Ketua KKM:
c. Tanggal berdiri:
d. Contact Person:
e. Profil Singkat: (terdiri dari min 2 paragraf, bisa latar belakang terbentuknya KKM / gambaran umum KKM / gambaran kegiatannya, dll)
f. Kegiatan/Perlombaan yang pernah diikuti:
g. Lampirkan LOGO (kalau ada)

      Untuk pembagian tugas, masing-masing klompok membuat 2 (dua) Profil KKM, adapun pembagianya yaitu:
a) Klompok SOSPOL: Thifan po Khan Ikhwan & Thifan po Khan Akhwat.
b) Klompok DPM: Design Grafis & Fotografi.
c) Klompok PMB: Nasyid Ikhwan & Nasyid Akhwat (Qotrunnada)
d) Klompok KPP: Paduan Suara & Cooking Club
e) Klompok KESMA: Goresan Pers Mahasiswa & Futsal SEBI
f) Klompok KUM: Mata Pena (Sasatra) & Natural Forum/NAFO (Pecinta Alam)
g) Klompok KOMINFO: Semanis Budaya Indonesia (Tari Daerah) & Perkusi

Dikirim dalam bentuk softcopy ke email: adianggas@gmail.com
Paling lambat, hari kamis, tgl 26 Maret 2015.